Rabu, 28 November 2007

Kejadian Tsunami di Indonesia

Indonesia dikenal sebagai tempat terjadinya tsunami dahsyat akibat letusan Gunung Krakatau 27 Agustus 1883. Korban jiwa karena tsunami yang ditimbulkan oleh letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda lebih dari 36.000 jiwa. Sekitar 165 kota dan desa di pesisir pantai hancur luluh oleh tsunami dengan gelombang setinggi 40 meter. Disamping kejadian tsunami dasyat yang disebabkan oleh letusan gunung Krakatau, wilayah Indonesia sesungguhnya lebih sering dilanda bencana gelombang tsunami yang dibangkitkan oleh gempa tektonik yang terjadi didasar laut.

Data historis tsunami Indonesia pada periode 1600 sampai dengan 2000 menunjukkan bahwa telah terjadi 105 bencana tsunami terjadi di Indonesia, 95 kejadian diantaranya disebabkan oleh gempa bumi, 9 tsunami disebabkan oleh letusan gunung berapi dan 1 kejadian disebabkan oleh tanah longsor. Akhir tahun 2004, seluruh dunia berduka oleh gempa Aceh dan tsunami yang melanda negara – negara sepanjang lautan India. Dalam catatan sejarah modern, gempa ini menjadi gempa dan tsunami yang telah memakan korban nyawa umat manusia terbesar. Ditambah lagi dengan hancur leburnya bangunan fisik sendi – sendi kehidupan berupa jalan, rumah tinggal, tempat peribadatan, sekolah, rumah sakit dan bangunan-bangunan sarana umum lainnya. Total korban meninggal mencapai 218.453 orang, terdiri dari 176.000 orang di Indonesia, 27.268 orang di Srilangka, 12.419 orang di India, 2.394 orang di Thailand dan korban meninggal lain di negara – negara Afrika yang letaknya ribuan kilometer dari pusat gempa namun menghadap ke arah Samudra India seperti Tanzania, Kenya dan Afrika Selatan.

Karakteristik Gelombang Tsunami

Besar kecilnya gelombang tsunami yang terjadi, disamping bergantung pada bentuk morfologi pantai, juga ditentukan oleh karakteristik sumber gangguan impulsif yang menimbulkannya. Sebagian terbesar sumber gangguan impulsif yang menimbulkan tsunami dahsyat adalah gempa bumi yang terjadi di bawah dasar laut dengan deformasi dasar laut yang besar.
Gelombang tsunami yang menjalar ke daerah perairan pantai yang sempit dan dangkal akan mengalami proses yang sangat kompleks yaitu shoaling, refraksi, difraksi dan refleksi. Shoaling adalah proses pembesaran gelombang tsunami karena pendangkalan dasar laut. Refraksi adalah transformasi gelombang tsunami akibat perubahan geometri dasar laut dan perubahan kedalaman laut. Apabila gelombang tsunami yang masuk perairan pantai, maka bagian garis puncak gelombang di air yang lebih dangkal akan menjalar dengan kecepatan yang lebih kecil daripada bagian air yang relatif dalam. Hal ini akan menyebabkan pembelokan garis puncak gelombang dan akan membentuk sejajar garis pantai. Proses difraksi merupakan transformasi gelombang tsunami yang diakibatkan oleh adanya bangunan dan struktur. Proses ini terjadi bila tinggi gelombang di suatu titik pada garis puncak gelombang lebih besar daripada titik didekatnya. Hal ini menyebabkan perpindahan energi sepanjang puncak gelombang ke arah tinggi gelombang yang lebih kecil. Sedangkan proses refleksi terjadi jika gelombang tsunami yang menjalar menuju suatu rintangan akan dipantulkan sebagian atau seluruhnya. Besar kecilnya gelombang yang mengalami refleksi tergantung pada jenis dan bentuk rintangan.

Gelombang tsunami yang menjalar memasuki daerah pantai yang menyempit dan dangkal, tingginya akan berubah sesuai dengan perubahan lebar dan kedalaman. Hal ini dapat dijelaskan dengan hukum Green. Secara matematis dapat ditulis:

Apa itu Tsunami?


Istilah “tsunami” diadopsi dari bahasa Jepang, dari kata “tsu” yang berarti pelabuhan dan “nami” yang berarti ombak. Dahulu kala, setelah tsunami terjadi, orang – orang Jepang akan segera menuju pelabuhan untuk menyaksikan kerusakan yang ditimbulkan akibat tsunami, sejak itulah dipakai istilah tsunami yang bermakna “gelombang pelabuhan”. Namun saat ini istilah tsunami lebih diterima secara internasional untuk menamakan gelombang laut yang diakibatkan oleh gempa, letusan gunung api dan longsoran di dasar laut.

Secara singkat tsunami dapat didiskripsikan sebagai gelombang laut dengan perioda panjang yang ditimbulkan oleh suatu gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Perioda gelombang tsunami berkisar antara 10 – 60 menit. Gangguan impulsif pembangkit tsunami biasanya berasal dari berbagai sumber, misalnya: gempa bumi, erupsi vulkanik atau landslide yang terjadi di dasar laut. Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsif ini bersifat transient atau gelombang yang bersifat sesaat. Gelombang semacam ini berbeda dengan gelombang-gelombang laut lainnya yang bersifat kontinyu, seperti gelombang permukaan yang ditimbulkan oleh gaya angin atau gelombang pasut yang ditimbulkan oleh gaya tarik benda – benda angkasa. Selain bersifat transient, gelombang tsunami juga bersifat dispersif. Artinya, periodanya berubah terhadap jarak sumber gangguan impulsif.